Thursday, August 1, 2013

Man Of The Week : Gerardo 'Tata' Martino

Barcelona akhirnya menunjuk Gerardo ‘Tata’ Martino sebagai pengganti Tito  Vilanova.  Lantas, siapakah sosok Tata Martino dan apa yang jadi alasan Barca memilihnya?

Barca terbilang mengambil keputusan berani saat menunjuk Tata sebagai pengganti Tito, yang terpaksa mundur dari kursi kepelatihan karena penyakit kanker kelenjar ludah yang terus menggerogotinya.

Mengapa keputusan itu dinilai sebagai langkah yang berani? Karena track record Tata yang kurang mendukung, lantaran dia belum pernah melatih di Eropa. Pelatih 50 tahun ini menghabiskan 15 tahun karier kepelatihannya di Argentina  dan Paraguay dengan membesut Brown de Arrecifes, Platense, Institut, Libertad, Cerro Porteno, Colon, tim nasional Paraguay, dan Newell’s Old Boys.

Padahal, jika melihat situasi yang ada, Barca masih punya banyak pilihan. Sebut saja Marcelo Bielsa, eks entrenador Athletic Bilbao yang sudah sangat mengenal kultur sepakbola Spanyol dan juga Eropa. Bielsa juga diketahui merupakan ‘guru’ dari Tata Martino.

Sebelum jadi pelatih, Tata berkarier sebagai pemain. Berposisi sebagai gelandang serang, Tata sempat jadi andalan Marcelo Bielsa di skuad Newell’s Old Boys dalam merengkuh trofi juara Liga Argentina. 

Selain Bielsa, ada juga nama-nama beken macam Frank Rijkaard yang sempat membawa Barca berjaya di era medio 2000an, Andre Villas Boas (Tottenham Hotspur), Roberto Mancini hingga pelatih kawakan Belanda, Guus Hiddink yang tiba-tiba memutuskan mundur dari kursi kepelatihan Anzhi Makhachkala.

Namun, reputasi pelatih-pelatih yang sudah membuktikan jati dirinya di Eropa itu tak lantas membuat manajemen Barca silau. Sandro Rosell beserta jajarannya mantap memilih Gerardo ‘Tata’ Martino untuk menukangi Leo Messi dkk hingga dua tahun ke depan.

Lantas, apa yang jadi alasan Barca keukeuh memilih Tata yang buta sepakbola Eropa? Jawabannya filosofi. Manajemen El Barca meyakini Tata memiliki gaya kepelatihan yang sejalan dengan filosofi Barca, yakni bermain menyerang dan mengutamakan penguasaan bola.

“Saya menyukai penguasaan bola, menyerang, menempatkan banyak pemain di pertahanan lawan, mengambil risiko, dan memastikan bek melihat ke belakang untuk mengetahui apakah jarak mereka dengan kiper sudah 40 meter. Bola tak boleh berhenti bergulir, bila mereka harus maju, majulah, jika harus menggunakan sayap, gunakanlah. Bola dilarang berada di udara tanpa tujuan yang jelas,” kata Martino terkait gaya kepelatihannya seperti dikutip Perfil, 26 Mei 2012.

Selain masalah filosofi, prestasi Tata Martino juga menjadi salah satu pertimbangan Barca. Meski belum mengenal sepakbola Eropa, namun Tata masuk kategori pelatih tersukses di kawasan benua Amerika.

Hal ini bisa dilihat dengan kesuksesannya memberikan gelar juara di hampir semua klub yang pernah latihnya. Newell Old Boys adalah klub terakhir yang merasakan sentuhan emas Tata, ketika dibawanya jadi kampiun Liga Argentina musim lalu.

Di level Timnas, Tata merupakan sosok pelatih yang dielu-elukan masyarakat Paraguay, di mana dirinya sukses mengantar Paraguay melaju hingga final Copa America 2011 lalu. Tapi Amerika tentu berbeda dengan Spanyol. Dan tugas Tata membuktikan ia memang layak menangani tim elite Dunia, Barcelona.

Karier Gerardo ‘Tata’ Martino:

Pemain:
1980-1990: Newell’s Old Boys (392 laga/35 gol)
1991: Tenerife (15/1)
1991-1994: Newell’s Old Boys (81/2)
1994-1995: Lanus (30/3)
1995: Newell’s Old Boys (15/0)
1996: Barcelona SC (5/0)
1996: O’Higgins (0/0)

Prestasi:
Newell’s Old Boys (3): Liga Premier Argentina (1987-88, 1990-91,  1992/clausura)

Pelatih:
1998: Brown de Arrecifes
1999: Platense
2000: Instituto
2002–2003: Libertad
2003–2004: Cerro Porteño
2005: Colón
2005–2006: Libertad
2006–2011: Paraguay
2012–2013: Newell's Old Boys
2013– ….: Barcelona

Prestasi: 
Libertad (3): Paraguay Premier League (2002, 2003, 2006)
Cerro Porteno: Paraguay Premier League (2004)

Newell’s Old Boys: Argentina Premier League (2013) 


source : http://bola.okezone.com/

City Tundukan Milan dengan Drama Delapan Gol



Permulaan yang cukup baik ditorehkan oleh pasukan Manuel Pellegrini. David Silva dkk mampu mendukkan AC Milan dengan skor 5-3. Kemenangan itu sekaligus memberikan kepercayaan diri bagi pasukan The Citizens.

City mampu mencetak gol melalui gol-gol dari David Silva, Micah Richards, Aleksandar Kolarov dan Edin Dzeko. Sementara dari pihak Milan sendiri El Shaarawy mampu mendulang dua gol dan Andrea Petagna mampu mencetak satu gol.

Bagi kubu I Rossoneri sendiri hasil ini harus dijadikan evaluasi untuk pertandingan-pertandingan selanjutnya. Secara keseluruhan, lini belakang Milan acap kali tidak bermain dengan fokus dan sering melakukan kesalahan yang membuat keuntungan bagi tim lawan. 

Jalannya Pertandingan

Babak Pertama

Sejak peluit kick-off dibunyikan City tampil lebih menyerang. David Silva cs mampu menguasai lini tengah dan secara tidak langsung mampu mendikte permainan I Rossoneri. Bahkan, di menit ketiga Silva mampu mencetak gol keunggulan untuk City, papan skor pun berubah 1-0 untuk keunggulan City. 

Tidak berhenti sampai di situ, City terus mengurung pertahanan Milan yang digalang Cristian Zaccardo dkk. Milan sendiri terlihat tidak bisa mengembangkan permainan seperti biasanya. 

City sendiri semakin superior setelah kembali menambah gol melalui sepakan bek Micah Richards. Pergerakkan Richards dari sisi kiri pertahanan Milan tidak mampu dibendung oleh pertahanan Milan. Skor pun berubah menjadi 2-0.

The Citizens terus mencari peluang untuk menambah gol, alhasil sepakan keras Kolarov tidak mampu dibendung oleh Amelia dan City kembali unggul 3-0 atas Milan. Tidak mau ketinggalan, striker Edin Dzeko juga mencetak dua gol di menit ke 37 dan 38, City pun unggul 5-0.

Melihat keadaan tertinggal, El Shaarawy yang diplot bermain di lini depan akhirnya mampu memecahkan kebuntuan usai mencetak gol di menit ke-37 usai mengelabui Joe Hart. Disusul oleh gol kedua pemain berjuluk Il Faraone di menit ke-39. 

Jelang turun minum, Milan kembali mampu menambah gol melalui penyerang Andrea Petgana. Sampai babak pertama selesai, City masih mengungguli Milan dengan skor 5-3. 

Babak Kedua

Memasuki interval kedua, baik City maupun Milan tidak mengendurkan serangan. Kedua tim justru terlihat tampil ngotot dan terus mencari peluang terbaik. Milan kembali mendapatkan peluang usai terjadi kemelut di depan gawang Joe Hart, namun usaha Shaarawy masih belum mendapatkan hasil. 

Masuk di menit ke-57, mengandalkan kecepatan sprint, Boateng menusuk jantung pertahanan Joe Hart, sayang tendangan kerasnya masih mampu dihalau oleh kiper Timnas Inggris itu. 

Pertengahan babak kedua, City sedikit menurunkan tempo permainannya. Pasalnya, bola terus bergulir di lini tengah kedua tim saja. Namun, di menit ke-79, striker anyar City, Alvaro Negredo nyaris menambah keunggulan City, tendangan kerasnya masih mengenai mistar gawang Milan yang dikawal Gabriel. 

Sampai peluit panjang dibunyikan, kedua tim tidak mampu menambah jumlah gol lagi. City tetap unggul atas Milan dengan skor 5-3. Kemenangan ini membuat City tinggal menunggu pemenang antara Bayern Munich kontra Sao Paolo. 

Susunan Pemain:

Manchester City: Hart, Richards, Kolarov, Lescott, Toure, Garcia, Fernandinho, Dzeko/Barry, Jovetic/Negredo, Jesus Navas, Silva/Milner


AC Milan: Amelia/Gabriel, Antonini, Zaccardo, Vergara/Pacifio, Boateng/Pinato, Constant/Emanuelson, Traore, De Jong/Cristante, Muntari/Poli, Shaarawy/Boateng, Petagna/Niang